Senin, 03 Agustus 2015

SEPERTI KEMARIN

seperti kemarin kau berpaling meninggalkanku
tak ku simpan kisah dendam
lihat nanti kita buktikan siapa aku

seperti mencair bebanku tuk mengakuinya
cinta kita pernah buta
tapi lihat yang terakhir tertawa

aku tanpamu langkah kakiku siap berlari
terbang mengudara, tak bisa kau menahan

lain dengan kemarin, ini mudah aku bayangkan
indah dengan yang lain
entah siapa tapi tak harus kamu

aku tanpamu langkah kakiku siap berlari
terbang mengudara, tak bisa kau menahan

seperti kemarin kau berpaling menyesali keputusanmu
tak ku simpan sisa dendam
ku buktikan aku lain dengan kemarin
kini mudah aku bayangkan esok yang membebaskan
dengan lantang ku teriakkan

aku tanpamu langkah kakiku siap berlari
terbang mengudara tiada yang menahan
aku tanpamu langkah kakiku siap berlari
terbang mengudara tak bisa kau menahan 

Kamis, 20 Juni 2013


MANAJEMEN LABA 
I.              Latar Belakang

Laporan keuagan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar korporasi. Laporan keuangan tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kepada para investor dan kreditor dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasi dana mereka. Dalam penyusunan laporan keuangan, dasar akrual dipilih karena lebih rasional dan adil dalam mencerminkan kondisi keuangan perusahaan secara rill, namun di sisi lain penggunaan dasar akrual dapat memberikan keleluasaan kepada pihak manajemen dalam memilih metode akuntansi selama tidak menyimpang dari aturan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku. Pilihan akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen  untuk tujuan tertentu dikenal dengan sebutan manajemen laba atau earning management.

II.           Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
A.    Apa yang dimaksud prinsip akrual laporan keuangan ?
B.     Bagaimana pemecahan permasalahan prinsip akrual?
C.     Bagaimana pemecahan kasus manajemen laba terhadap laporan keuangan?

III.        Pembahasan
MANAJEMEN LABA
A.    Pengertian Manajemen Laba
Schipper (1989) dalam Saiful (2004) mendefisinikan manajemen laba sebagai salah satu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja memperoleh beberapa keuntungan pribadi.
Healy dan Wahlen (1991) dalam Saiful (2004) menyatakan bahwa manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan judgment  dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah laporan keuangan, sehingga menyesatkan stakeholder tentang kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mengetahui hasil yang berhubungan dengan kontrak yang tergantung pada angka akuntansi yang dilaporkan.

B.     Faktor-faktor Manajemen Laba
Faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba yaitu sebagai berikut:
1.         The Bonus Plan Hypothesis
Pada perusahaan yang memiliki rencana pemberian bonus, manajer perusahaan akan lebih memilih metode akuntansi yang dapat menggeser laba dari masa depan ke masa kini sehingga dapat menaikan laba saat ini. Hal ini dikarenakan manajer lebih menyukai pemberian upah yang lebih tinggi untuk masa kini. Dalam kontrak bonus dikenal dua istilah yaitu bogey (tingkat laba terendah untuk mendapatkan bonus) dan cap (tingkat laba tertinggi). Jika laba dibawah bogey, tidak ada bonus yang diperoleh manajer sedangkan laba berada di atas cap, manajer tidak akan dapat bonus tambahan. Jika laba bersih di bawah bogey, manajer cendurung memperkecil laba dengan harapan memperoleh bonus lebih besar pada periode berikutnya, demikian pula jika laba berada diatas cap, jadi hanya jika laba bersih derada diantara bogey dan cap, manajer akan berusaha menaikkan laba bersih perusahaan.
2.         The Debt to Equity Hypothesis (Debt Covenant Hypothesis)
Pada perusahaan yang mempunyai rasio Debt to Equity Hypothesis tinggi, manajer perusahaan cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat meningkatkan pendapatan laba. Perusahaan dengan rasio Debt to Equity Hypothesis yang tinggi akan mengalami kesulitan dalam memperoleh dana tambahan dari pihak kreditor bahkan perusahaan terancam melanggar perjanjian utang.
3.         The Political Cost Hypothesis (Size Hypothesis)
Pada perusahaan besar yang memiliki biaya politik tinggi, manajer akan lebih memilih metode akuntansi yang menangguhkan laba yang dilaporkan dari periode sekarang ke periode masa mendatang sehingga dapat memperkecil laba yang dilaporkan. Biaya politik muncul dikarenakan profitabilitas peruasahaan yang tinggi dapat menarik perhatian media dan konsumen.

C.     Tujuan Manajemen Laba
Manajemen laba dilakukan dengan tujuan mengelabui pemakaian laporan keuangan. Pemahaman ini sejalan dengan teori agensi yang menyatakan bahwa pemisahan kepemilikan dan pengelolaan perusahaan akan mendorong manajer untuk berusaha memaksimalkan kesejahteraan, meski harus mengelabui pihak lain.

D.    Strategi Manajemen Laba pada Laporan Keuangan
Terdapat tiga jenis strategi manajemen laba :
a.       Meningkatkan Laba (Increasing Income) adalah meningkatkan laba pada periode kini untuk membuat perusahaan dipandang lebih baik. Cara ini juga memungkinkan peningkatan laba selama beberapa periode.
b.      Pengurangan laba (Big Bath) adalah penghapusan laba sebanyak mungkin pada satu periode. Periode yang dipilih biasanya periode dengan kinerja yang buruk atau peristiwa saat terjadi satu kejadian yang tidak biasa seperti perubahan manajemen, merger, atau restrukturisasi.
c.       Perataan laba (Income Smoothing) merupakan bentuk umum manajemen laba, dimana manajemen akan meningkatkan atau menurunkan laba yang dilaporkan untuk mengurangi fluktuasi. Perataan laba juga mencakup tidak melaporkan bagian laba pada periode baik dengan menciptakan cadangan atau “bank” laba dan kemudian melaporkan laba ini pada saat periode buruk.
Contoh untuk perataan laba adalah pada saat pembuatan faktur penjualan misalnya: penjualan yang sebenarnya untuk periode yang akan datang pembuatan fakturnya dilakukan pada periode ini dan dilaporkan sebagai penjualan periode ini, pembuatan pesanan atau penjualan fiktif, Downgrading (penurunan) produk misalnya dengan cara mengklasifikasikan produk yang belum rusak kedalam kelompok produk yang rusak dan selanjutnya dilaporkan telah terjual dengan harga yang lebih rendah dari harga yang sebenarnya.
Contoh lain pada unsur biaya misalnya: memecah faktur untuk sebuah pembelian/pesanan dipecah menjadi beberapa pembelian/pesanan dan selanjutnya dibuatkan beberapa faktur dengan tanggal berbeda kemudian dilaporkan dalam beberapa periode akuntansi, mencatat prepayment (biaya dibayar dimuka) sebagai biaya, misalnya melaporkan biaya advertensi dibayar dimuka untuk tahun depan sebagai biaya advertensi tahun ini.

E.     Hubungan Manajemen Laba terhadap Penyajian Laporan Keuangan
Upaya mempengaruhi informasi keuangan disebut dengan manajemen laba. Secara umum manajemen laba dapat dilakukan karena dasar pencatatan transaksi yang dipakai adalah akrual. Akuntansi berbasis akrual berusaha mencatat semua pengaruh keuangan yang terjadi dalam suatu transaksi dan peristiwa yang mempunyai konsekuensi kas untuk perode bersangkutan. Laporan keuangan yang disusun dengan menggunakan basis akrual dapat memberikan informasi yang lebih lengkap dan komprehensif, hal ini yang membuat laporan keuangan lebih relevan dengan kebutuhan pemakai informasi ini dibandingkan dengan laporan keuangan basis kas.
Pada dasarnya pemakai laporan keuangan ingin mengetahui kinerja yang telah dicapai oleh perusahaan bersangkutan secara utuh. Oleh karena itu, manajemen laba dapat dikatakan sebagai upaya manajerial untuk mengintervensi informasi dalam laporan keuangan dengan cara memanfaatkan kebebasan memilih dan menggunakan metode akuntansi dan menentukan nilai estimasi akuntansi. Meskipun demikian, secara praktis aktivitas rekayasa manajer ini sulit untuk dideteksi. Pemakai laporan keuangan akan merasa kesulitan untuk mengetahui apakah informasi itu telah direkayasa atau tidak hanya dengan melihat dan membaca informasi itu.
Ada dua keterbatasan pemakai laporan keuangan dalam menginterpretasikan laporan keuangan untuk mendeteksi manajemen laba, yaitu pertama kriteria penyajian laporan keuangan rawan terhadap kebijakan manajerial yang merupakan fleksibilitas dalam menghitung laba karena akuntansi memang memberikan peluang bagi manajer untuk mencatat fakta dengan cara tertentu dan mengestimasi secara subjektif. Kedua, tidak ada observasi yang sempurna terhadap kebijakan manajerial, mengingat tidak semua kebijakan manajerial dapat diobservasi oleh pemakai laporan keuangan. Bahakan jika kebijakan itu diungkapkan dalam laporan keuangan sekalipun.
Upaya-upaya rekayasa inilah yang membuat informasi yang disajikan dalam laporan keuangan menjadi tidak relevan dengan kebutuhan pemakainya. Informasi yang telah direkayasa hanya relevan dengan kebutuhan pihak-pihak tertentu, khusus manajer. Apalagi penyelewengan itu sebenarnya telah mengakibatkan informasi keuangan menjadi tidak relevan, netral, lengkap, serta tidak mempunyai daya banding dan daya uji lagi. Sementara kebutuhan dan kepentingan pihak lain atau stakeholder untuk memperoleh informasi yang berkualitas menjadi terabaikan

IV.        Kesimpulan
Manajemen laba tidak boleh dilakukan karena tujuan manajemen laba adalah melakukan rekayasa agar sesuai dgn apa yang diinginkan oleh pembuat manajer laba, maka hal ini tidak sesuai dengan etika dan akuntansi

Minggu, 06 Januari 2013

Tren dalam Akuntansi



Tren dalam Akuntansi

Dalam paper singkat ini akan dibahas beberapa tren dalam akuntansi yang kemungkinan dapat dituju oleh ilmu akuntansi dimana tren tersebut menunjukkan kecenderungan yang dilihat saat ini.
Beberapa tren baru dalam akuntansi

1. Akuntansi Internasional
Weirich et.al. (Belkaoui, 1985) mendefinisikan akuntansi internasional adalah mencakup semua perbedaan prinsip, metode dan standar akuntansi semua negara. Termasuk didalamnya prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP) yang ditetapkan di tiap negara, sehingga akuntan harus menguasai semua prinsip di semua negara jika mempelajari akuntansi internasional. Tidak ada maksud untuk memiliki prinsip akuntansi yang berlaku umum sedunia. Perbedaan ini diakui karena adanya perbedaan geografi, sosial, ekonomi, politik dan hukum

2. Akuntansi Islam
Mueller dan Belkaoui menyebut Akuntansi Islam sebagai emerging model dengan basis religious relativism yang didasarkan hukum syariah. Akuntansi Islam bukan mengenai agama (fiqih), tapi sejajar dengan ilmu akuntansi kapitalis. Jika akuntansi kapitalis dibangun atas dasar filsafat materialisme atau sekulerime hasil pemikiran manusia tanpa campur tangan Allah, maka Akuntansi Islam dibangun atas dasar pemikiran manusia yang mengindahkan hukum-hukum Allah

3. Akuntansi Sumber Daya Manusia
The Committe on Human Resources Accounting dan AAA (Belkaoui, 1985) mendefinisikan Akuntansi Sumber Daya Manusia sebagai proses mengidentifikasikan dan mengukur data tentang sumber daya manusia dan menyampaikan informasi ini kepada mereka yang berkepentingan. Ada 3 fungsi Akuntansi Sumber Daya Manusia yaitu sebagai kerangka kerja untuk membantu pengambilan keputusan di dalam SDM, memberikan informasi kuantitatif tentang biaya dan nilai SDM sebagai unsur organisasi dan memotivasi manajer mengadopsi informasi SDM dalam pengambilan keputusan yang menyangkut orang

4. Triple entry sccounting system
Sistem ini merupakan pengembangan dari double entry bookeeping system. Dalam sistem ini transaksi dicatat dalam tiga dimensi. Dalam model ini tidak hanya transaksi yang mempengaruhi pos-pos pada sisi aktiva dan pasiva yang dilaporkan, tetapi juga force atau power yang menyebabkannya sehingga laporan neraca misalnya menyajikan Wealth = Capital = Force. Informasi uang dilaporkan dalam model ini disebut force statement. Ada tiga jenis laporan yaitu wealth statement, capital statement dan force statement

5. Employee reporting
Employee reporting adalah informasi keuangan yang memuat informasi yang relevan bagi karyawan atau pekerja yang merupakan hak karyawan selaku salah satu stakeholders. Fenomena ini timbul karena semakin besarnya kekuatan menawar serikat pekerja di Barat, khususnya di Eropa yang menuntut laporan keuangan yang menggambarkan informasi yang dibutuhkan oleh karyawan

6. Value added reporting
Value added reporting atau Laporan Pertambahan Nilai berkaitan dengan Human Resources Accounting dan Employee Reporting berkaitan dengan informasi yang disajikan. Value added reporting dapat menutup kekurangan informasi dalam Laporan Keuangan (Neraca, Peubahan Modal, Laba Rugi dan Arus Kas) yaitu informasi produktivitas dari perusahaan dan share dari setiap stakeholder yang terlibat dalam proses manajemen. Value added reporting menggambarkan kenaikan nilai kekayaan yang digenerate atau dihasilkan dengan penggunaan aset prduktif oleh stakeholder. Namun perlu diingat bahwa Value added tidak sama dengan laba

7. Akuntansi perilaku
Akuntansi perilaku atau behavioral accounting memperhatikan berbagai budaya yang dapat mempengaruhi peran atau hasil dari interaksi antara informasi akuntansi dengan perilaku konsumennya. Dengan kata lain, berkaitan dengan hubungan antara perilaku manusia dan sistem akuntansi baik dalam bidang akuntansi maupun bidang manajemen. Dalam model ini yang menjadi perhatian utama adalah dampak dari informasi akuntansi terhadap perilaku orang yang membaca atau menyiapkannya dan melihat reaksi manusia terhadap informasi yang diberikan

8. Multi diciplines paradigm
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan semakin munculnya paradigma baru yang pada akhirnya menimbulkan ketergantungan dan keterkaitan yang semakin erat antara satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu lainnya. Akuntansi sebagai suatu sistem informasi membutuhkan komputer, information science, dan decision science. Akhirnya muncul ilmu baru seperti decision science yang sumber formula dan elemen-elemennya berasal dari berbagai ilmu tadi. Dimana pengembangan disiplin dan profesi akuntansi di tanah air harus mengantisipasi perubahan ilmu dan teknologi yang semakin lama semakin berkembang

9. Akuntansi dan pembangunan berkelanjutan
Model ini berfokus pada tanggung jawab perusahaan untuk menjaga lingkungan agar tidak rusak sehingga tidak menghalangi pembangunan berkelanjutan atau pembangunan berwawasan lingkungan. Model ini sudah cukup menjadi pegangan dalam mengelola lingkungan. Untuk mengelola lingkungan diperlukan informasi yang sebenarnta dapat disupply oleh  enviromental accounting yang masih terus dikembangkan. Dan dalam hal-hal tertentu, akuntansi lingkungan sejalan dengan socio economic accounting

10. Efficient Market Hypothesis (EMH)
Teori EMH bukan merupakan hal baru, apalagi tren, karena telah lama ada. Teori ini menyatakan bahwa pasar akan menyesuaikan diri dengan setiap informasi baru yang dikeluarkan mengenai saham. Dalam EMH sring digunakan Capital Asset Pricing Model (CAPM), yaitu suatu model yang menaksir laba yang abnormal atau laba yang tidak diperkirakan dari saham biasa suatu perusahaan pada saat diumumkannya laba perusahaan